Di tengah tantangan tersebut, keindahan dan potensi Sulawesi Barat tetap bersinar. Alam yang subur, budaya yang kaya dan warisan keterampilan yang mengagumkan, seperti Tenun Kalumpang dan Sutra Mandar, menjadi bukti kekayaan Tanah Mandar. “Tenun Kalumpang helai yang bertutur, Sutra Mandar indah terjalin di tangan, ditenun oleh hati yang terampil dan jujur, menjalin kisah warisan yang mahsyur,” sebuah gambaran puitis akan warisan budaya yang luar biasa.
Akhirnya, pesan ini menggemakan seruan yang sederhana namun penuh kekuatan. “Yang kurang hanyalah satu, keinginan yang sungguh-sungguh untuk bersatu dan membangun bersama. Untuk satu tubuh, satu tanah, satu cita Sulawesi Barat.” Bukan sumber daya atau semangat individu yang kurang, melainkan tekad kolektif untuk membangun masa depan bersama.
Ibu Kapolda Sulbar Ny. Miranti Adang menutup harapannya dengan Pesan lokal yang begitu bermakna “Ingga’e sisayangi, da’ tau sisara-sara.” (Mari saling menyayangi, jangan saling menyakiti). Sebuah pengingat bahwa kemajuan dimulai dari hati yang bersih, pikiran yang jernih dan persatuan yang tulus.
Pesan ini bukan hanya untuk Sulawesi Barat, tetapi juga untuk seluruh Indonesia, sebuah ajakan untuk membangun negeri dengan cinta dan persatuan. (hps)